Karena Aku Wanita - Di era seperti saat ini tidak jarang kita jumpai seseorang istri memngambil keputusan agar bekerja demi meringankan beban suami demi mencukupi kepentingan hidup keluarga. Sesungguhnya, gimana penilaian Islam terhadap perihal tersebut? Nyata-nyatanya, perihal itu juga sempat berlangsung di era Rasulullah SAW.
***
Alkisah pada era Nabi, terdapat satu orang perempuan yang jadi salah satu istri dari teman dekat Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam. Perempuan itu bernama Zainab ats Tsaqafiyyah. Dirinya adalah sosok perempuan yang menggeluti business serta jadi satu orang pengrajinn.
Hasil penjual-an kerajinannya itu, dirinya mampu memberikan nafkah kehidupannya dengan suaminya serta anak-anaknya. Tapi nyatanya apa yang sudah dikerjakannya menghadirkan kegalauan pada dirinya sebab tiap-tiap harinya dirinya tidak sanggup untuk sedekah serta menghabiskan seluruhnya yang dirinya peroleh untuk kebutuhan keluarganya. Dirinya tidak tahu imbalan bagi istri yang memberikan nafkah suami serta anak-anaknya.
Zainab berbicara ke suaminya “Sebenarnya kau serta anak-anak kita sudah menyebabkanku sulit memberikan sedekah di jalan Allah. Tolong pertanyakan pada Rasulullah, bila yang kuperbuat ini tergolong kebaikan bakal saya teruskan. Jikalau bukan tergolong amal kebaikan, saya bakal menghentikan untuk melakukannya”.
Suaminya yang adalah Abdullah bin Mas’ud RA, mendatangi serta mengemukakan pertanyaan dari istrinya pada Rasulullah. Sesudah Rasulullah mendengarkan pertanyaan yang diungkapkan oleh Abdullah bin Mas’ud, Rasulullah menjawab sama seperti termaktub dalam kitab Hilyatul Auliya
Ini Kisah Islam di Jaman Rasul tentang Balasan Bagi Istri yang Memutuskan untuk Nafkahi Anak serta Suaminya
***
Alkisah pada era Nabi, terdapat satu orang perempuan yang jadi salah satu istri dari teman dekat Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam. Perempuan itu bernama Zainab ats Tsaqafiyyah. Dirinya adalah sosok perempuan yang menggeluti business serta jadi satu orang pengrajinn.
Hasil penjual-an kerajinannya itu, dirinya mampu memberikan nafkah kehidupannya dengan suaminya serta anak-anaknya. Tapi nyatanya apa yang sudah dikerjakannya menghadirkan kegalauan pada dirinya sebab tiap-tiap harinya dirinya tidak sanggup untuk sedekah serta menghabiskan seluruhnya yang dirinya peroleh untuk kebutuhan keluarganya. Dirinya tidak tahu imbalan bagi istri yang memberikan nafkah suami serta anak-anaknya.
Zainab berbicara ke suaminya “Sebenarnya kau serta anak-anak kita sudah menyebabkanku sulit memberikan sedekah di jalan Allah. Tolong pertanyakan pada Rasulullah, bila yang kuperbuat ini tergolong kebaikan bakal saya teruskan. Jikalau bukan tergolong amal kebaikan, saya bakal menghentikan untuk melakukannya”.
Suaminya yang adalah Abdullah bin Mas’ud RA, mendatangi serta mengemukakan pertanyaan dari istrinya pada Rasulullah. Sesudah Rasulullah mendengarkan pertanyaan yang diungkapkan oleh Abdullah bin Mas’ud, Rasulullah menjawab sama seperti termaktub dalam kitab Hilyatul Auliya
“Berikanlah nafkah pada mereka (suami serta anak) sebenarnya bagi mu pahala yang kau infaqkan bagi mereka”.
***
Itulah kisah yang pernah berlangsung ketika di era Rasulullah ada. Sekarang keadaan tersebut makin dirasa oleh kaum muslimin yang lumayan kesusahan mencari kerja bagi cowok namun begitu mudahnya mencari kerja bagi seorang wanita.
Apa yang dapat kita kutip hikmah nya dari kisah itu ialah bahwasanya amal kebaikan tentu bakal mendapatkan imbalan yang baik juga. Apa yang dikerjakan Zainab ats Tsaqafiyyah bagi suami serta anaknya tergolong suatu amal kebaikan. Itu bakal dicatat sama seperti sedekah yang mau dia kerjakan.
Perihal ini pasti bukanlah suatu pembenaran atas suami yang memilik sifat malas-malasan untuk memenuhi nafkah atau memerintahkan istri untuk bekerja sementara dirinya duduk diam dirumah tanpa perasaan berdosa. Kondisi Abdullah bin Mas’ud yang diceritakan di atas memang lah dirinya yang tak mampu memenuhi biaya hidup sehari-hari oleh sebab itulah istrinya juga mesti ikhlas menunjang sang suami memperoleh pendapatan.
Lakukan usaha yang paling baik agar kita mampu memenuhi keperluan keluarga. Apabila istri pun "terpaksa" bekerja, hal tersebut ialah satu buah trick supaya mampu memenuhi keperluan hidup, bukan untuk menggantikan kewajiban suami dalam memenuhi nafkah keluarga