Senyum Manismu Untuk Menyambut Suamimu

IKLAN

Karena Aku Wanita - Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
“Apabila seorang istri mendirikan shalat lima waktu, berpuasa di bulan ramadhan, memelihara kemaluannya, dan menaati suaminya, niscaya dia akan memasuki surga Tuhannya.” (HR. Imam Ahmad).

Dalam hadits lain disebutkan,
“Seandainya aku boleh menyuruh seseorang untuk bersujud kepada orang lain, tentu aku akan menyuruh seorang istri untuk bersujud kepada suaminya.” (HR. Ahmad, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah bersabda,
“Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam hal bermaksiat kepada Sang Khalik (Tuhan Yang Maha Menciptakan).” (HR. Ahmad)

Wanita ideal selalu berusaha menghadirkan seni dalam menyambut detik-detik awal suami masuk rumah. Dia memberikan seulas senyum dan renyah tawa ketika tamu yang dinanti telah tiba.

Adakah di dunia ini tamu yang berhak mendapatkan penghormatan yang lebih tinggi daripada suami?

Tanggung jawab wanita ideal adalah menjadi istri yang dicintai dan rela berkorban. Senyum mengembangnya menyempurnakan keindahan rumah yang menjadi istananya, dunia impian suami yang haus akan perempuan yang menaunginya dan sebagai pohon rindang yang menjadi tempat berteduh.

Sebagai penyambutan pamungkas, dia harus mengatur kondisi psikologisnya, sehingga tidak menyambut suaminya sesuai dengan raut muka yang nampak pada sang suami ketika baru pulang atau tidak serius dalam melayaninya, sementara suami tampak jengkel.

Dia harus yakin bahwa suaminya berusaha lari dari panasnya sengatan kehidupan menuju ketenangan jiwa dan kedamaian hati, karena terkadang senyum dan kegembiraan hilang dari raut wajah sang suami.

Di sini, penulis tidak bermaksud merusak keindahan gambaran di atas dengan mengangkat cerminan wanita yang sibuk dengan urusan rumah saat suaminya datang, sementara anak-anaklah yang menyambut ayah mereka, meneruskan pembicaraan di telepon ketika suaminya tiba, asyik duduk di depan layar televisi atau sibuk membaca majalah sehingga dia menjadi orang yang terakhir kali dalam memberi salam kepada suaminya.

Atau bahkan melewati batas kesopanan, seorang istri hanya bengong menanti suami yang memberikan salam kepadanya.

Barangsiapa yang berani berbuat seperti itu, maka tidak perlu kaget jika suatu ketika suaminya berangkat kerja, sementara dia tidur dengan pulas.

Oleh karena itu, wahai para istri, sambutlah suami dengan sepenuh hati.







Dikutip dari buku Dr. Abdullah bin Muhammad Al-Dawud berjudul Kado Pernikahan.
sumber : bersamadakwah.net